Sabtu, 18 Februari 2012

PENYELIDIKAN TANAH UNTUK PROSES KONSTRUKSI



Agar bangunan dapat berdiri dengan stabil dan tidak timbul penurunan (settlement) yang terlalu besar, maka fondasi bangunan harus mencapai lapisan tanah yang cukup padat. Sedangkan untuk mengetahui letak/kedalaman lapisan tanah padat dan kapasitas daya-dukung tanah (bearing capacity) yang diizinkan, maka perlu dilakukan penyelidikan mekanika-tanah yang mencakup penyelidikan di lapangan (lokasi rencana bangunan baru) dan penelitian di laboratorium.
Penyelidikan lapangan yang paling umum dilaksanakan adalah:


1. Pemboran (Drilling)
2. Pengambilan Contoh Bahan Tanah (Soil Sampling)
3. Pengujian Penetrasi (Penetration Test)


1. Pemboran (Drilling)
Pemboran merupakan bagian yang penting dan penyelidikan tanah, dan pemboran dapat diketahui lapisan-lapisan tanah di bawah lokasi rencana bangunan, dan dari lubang bor (boreholes) dapat diperoleh contoh-contoh tanah yang diperlukan untuk penyelidikan tanah selanjutnya di Laboratorium Mekanika Tanah.


2. Pengambilan Contoh Bahan Tanah
Pengambilan contoh bahan tanah dilaksanakan untuk mendapatkan contoh tanah tidak-terusik (undisturbed soil sample) dan contoh tanah terusik (disturbed soil sample).


a. Contoh tanah tidak terusik


Contoh tanah tidak terusik adalah contoh tanah yang masih menunjukkan sifat asli (alamiah dan tanah di tempat asalnya, jadi belum mengalami perubahan struktur, kepadatan/ikatan antar butir tanah, kadar air atau susunan kimianya. Contoh tanah tidak terusik dan tanah kohesif sangat berguna untuk penelitian kekuatan (kuat geserdan kohesi), kompresibilitas dan permeabilitas,yang adalah tiga sifat teknik yang penting untuk perencanaan fondasi.


b. Contoh tanah terusik


Contoh tanah terusik adalah contoh tanah yang diambil tanpa usaha mempertahankan sifat-sifat asli tanah, dan biasa hanya digunakan untuk penelitian/analisa distribusi ukuran butirari, batas Atterberg (batas cair dan Index-Plastisitas), klasifikasi tanah dan pengujian pemadatan di laboratorium.


3.Pengujian Penetrasi
Pengujian penetrasi yang dilaksanakan dapat dibagi menjadi Pengujian Penetrasi Statis dan Pengujian Penetrasi Dinamis.

a. Pengujian Penetrasi Statis
Pengujian penetrasi statis yang umum dilaksanakan di Indonesia adalah dengan menggunakan alat sondir (Dutch Static Penetrometer), cara kerjanya ialah ujung alat sondir yang berupa konus ditekan masuk ke dalam tanah, gaya yang digunakan untuk menekan konus sondir ke bawah diukur dengan suatu alat pengukur tekanan (manometer-gauge) yang menunjukkan nilai tahanan konus dalam Kg/cm2, nilai tahanan konus-sondir yang terbaca pada manometer menunjukkan kepadatan retatif (relative density) dari lapisan -lapisan tanah yang dijumpai.


b. Pengujian Penetrasi Dinamis


Pengujian penetrasi dinamis banyak dikerjakan di Amerika Serikat dan terkenal dengan sebutan SPT (Standard Penetration Test), pninsip cara kerjanya ialah tabung silinder contoh standar (standard spNt spoon sampler) dipukul masuk ke dalam tanah dengan menggunakan alat penumbuk Seberat 140 pound (63,5 kg) yang dijatuhkan dan ketinggian 30 inch (76 cm), dan dihitung banyak pukulan yang diperlukan untuk menumbuk masuk tabung silinder sedalam 1 foot (30,5 cm) yang ditentukan sebagai nilai N dengan satuan pukulan/kaki (blows per foot)

.
Pengujian penetrasi statis adalah pengujian yang paling cocok digunakan di Indonesia dengan kondisi lapisan tanah pasir/lanau atau lempung lunak (soft to medium stiff), dan hasil pengujian penetrasi statis (sondir) biasanya lebih tepat dibanding hasil pengujian dinamis SPT (Wesley, 1974).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar