Sabtu, 11 Februari 2012

Pengukuran Hujan Untuk Konstruksi Teknik Sipil


Pengukuran curah hujan sangat penting dalam ilmu teknik sipil. Mengapa? Karena hanya dengan mengukur curah hujan suatu wilayah, seorang perencana dapat mengetahui parameter-parameter yang perlu untuk kemudian dipakai dalam menganalisis hal-hal yang penting dalam konstruksi. Misalnya dalam mendesain saluran irigasi atau mendesain bendungan, seorang insinyur harus mengetahui berapa curah hujan tertinggi di wilayah tersebut, untuk kemudian menentukan dimensi dari saluran. Kemudian ia juga harus menganalisis berapa debit air sebuah sungai untuk dipakai dalam perencanaan bendungan. Ini semua tentu membutuhkan data-data curah hujan suatu wilayah.

Biasanya untuk keperluan tersebut, perencana harus mengunjungi stasiun penakar hujan di wilayah tersebut, yakni badan metereologi maupun klimatologi di wilayah itu, untuk mengambil data curah hujan tahunan, bulanan, atau harian sesuai keperluannya. Lalu ia menghitung yang namanya hujan rencana dan banjir rencana. Dua parameter tadi kemudian akan dipakai dalam merancang struktur bangunan keairannya.

Hujan atau presipitasi di bumi memiliki beragam bentuk. (presipitasi merupakan nama ilmiah dari uap yang terkondensasi dan akhirnya jatuh kembali ke permukaan tanah). Bentuk-bentuk presipitasi yang ada di permukaan bumi adalah:

  1. Hujan, merupakan presipitasi utama di daerah-daerah khatulistiwa dan sekitarnya. Hujan adalah bentuk yang peling penting.

  2. Embun, adalah hasil proses kondensasi yang terjadi di permukaan tanah dan permukaan tumbuh-tumbuhan

  3. Kabut, menyebabkan terjadinya pengendapan partikel air di permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan

  4. Salju dan es

Salah satu bentuk presipitasi yang paling penting di indonesia adalah hujan. Analisis hujan di indonesia dipakai insinyur sipil di bidang keairan untuk mendesain struktur bangunan airnya. 5 parameter yang ditinjau dalam analisis presipitasi di indonesia adalah:

  1. Intensitas (I), adalah tinggi curah hujan persatuan waktu. Misalnya mm/detik, atau mm/hari. Intensitas menyatakan berapa laju hujan yang terjadi di wilayah tersebut.

  2. Lama waktu hujan/durasi, merupakan lama terjadinya curah hujan yang diukur dalam menit dan jam.

  3. Frekuensi (T), merupakan frekuensi kejadian terjadinya presipitasi/hujan. Dinyatakan dalam T atau return period.

  4. Tinggi hujan(d), merupakan jumlah atau banyaknya air hujan, diukur dalam ketebalan air di atas sebuah bidang berpermukaan datar. Satuan tinggi hujan adalah mm.

  5. Luas (A), merupakan luas secara geografis sebuah wilayah curah hujan, diukur dalam km2.

Demikianlah hal-hal pokok dalam pengukuran hujan untuk kegiatan konstruksi dalam bidang teknik sipil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar