Stabilisasi tanah dapat terdiri dan salah satu atau kombinasi dan pekerjaan-pekerjaan berikut:
Mekanis—pemadatan dengan berbagai jenis peralatan mekanis seperti mesin gilas (roller). benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis, tekstur, pembekuan, nemanasan, dan sebagainya.
Bahan pencampur (additiver)—kenikil untuk tanah kohesif; lempung untuk tanah berbutir; dan pencampur kimiawi seperti semen, gamping, abu batubara (produk sampingan dan pembakaran batubara)—sering dengan gamping dan/atau semen, semen aspal, sodium, dan kalsium kiorida, limbah pabrik kertas, dan lain-lainnya (sodium selikat, polifosfat, dan sebagainya).
Pemakaian mesin gilas, benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis, dan tekstur akan ditinjau dalam bagian-bagian berikut ini; tetapi pembahasan yang mendalam tentang topik ini berada di luar ruang lingkup buku ini. Para pembaca yang ingin mengetahui lebih mendalam dapat mempelajari ASCE (1968, 1978, 1982) untuk tambahan informasi.
Penambahan lapisan kerikil pada permukaan jalan berlempung merupakan hal yang biasa dilakukan untuk stabilisasi jalan tanpa perkerasan. Lalu-lintas akan terus menekan kerikil tersebut ke tanah di bagian bawahnya; penambahan kerikil secara periodik akan menggantikan kerikil yang tertekan ke bagian samping jalan. Jalan kerikil juga dapat distabilisasikan dengan cara yang sama, yaitu dengan pencampur lempung-pasir, yang akan mencegah perpindahan atau terbuangnya kerikil pada saat jalan tersebut dilalui lalu-lintas. Pada kasus yang pertama, tahanan gesek tanah bertambah; sedangkan pada kasus yang kedua, kohesinya yang bertambah.
Prosedur stabilisasi yang biasa terdapat pada tanah berbutir-halus adalah dengan menggalii sampai suatu kedalaman tertentu dan mencampur tanah yang digali dengan
Semen
Semen dan abu batubara dengan air secukupnya
Gamping
Gamping dan abu batubara
Tanah yang distabilisasi itu dicampur dan dipadatkan dengan mesin gilas, dan menghasilkan suatu beton bergradasi-rendah. Apabila semen menggunakan, hasilnya akan merupakan stabilisasi tanah yang disebut “tanah semen” (soil cement).
Campuran semen aspal digunakan sama seperti semen untuk stabilisasi tanah.
Stabilisasi kiorida biasanya didasarkan pada sifat hidroskopis (tarikan terhadap air) material ml untuk menghasilkan tanah yang lembab untuk meningkatkan kohesi dan mengurangi masalah atau gangguan debu yang terdapat pada jalan akibat lalu-lintas yang kwat.
Penambahan gamping, abu batubara, dan kadang-kadang semen diterapkan pada deposit lempung—terutama pada lempung yang mengalami perubahan volume yang besar— yang mengakibatkan perubahan ion-ion Ca2 + untuk mengurangi kegiatan-kegiatan mineral mpung tadi. Tanah yang diperlakukan dengan cara mi dapat mengalami penurunan Ip dan penyusutan dan/atau pemuaian yang cukup berarti yang tergantung pada jumlah gamping yang digunakan. Pengurangan indeks plastisitas terutama diakibatkan oleh bertarnbahnya Wp, walaupun pacla beberapa jenis tanah tertentu mungkin pula terdapat pengurangan Itas cairan WL dalam jumlah yang cukup berarti.
Pemanasan atau pembekuan tanah dapat mempengaruhi pertambahan kekuatan yang permanen, tetapi cara yang lebth mudah dapat diandalkan harus terlebih dahulu diteliti.
Pengisian adukan encer (grouting) adalah suatu injeksi campuran kental (slurry) berupa
Lempung dan tanah lainnya seperti pasir halus
Semen atau semen dan lempung
Sodium silikat, dan bahan-bahan kimia yang sama sifatnya
ke dalam tanah untuk mengurangi porositas n (mengisi rongga, retakan-retakan, dan Sebagainya), dan meningkatkan kekuatan tanah di tempat yang bersangkutan.
Lempung bentonit merupakan bahan adukan encer yang biasa dipakai untuk menimbulkan suatu rintangan air untuk menghentikan rembesan air yang masuk ke dalam lantai dasar suatu bangunan. Bentonit disuntikkan ke dalam lobang-lobang yang berjarak dekat satu sama lain di sekitar zona yang mengalami kebocoran. Selama periode kering, lempung akan mengering; ketika air berpindah ke arah dinding lantai dasar selama cuaca basah dan bersentuhan dengan lempung tadi, kegiatan lempung tadi akan menyerap air dan akan mengembang sehingga dapat menutup rongga tanah dan dapat menghentikan aliran air yang datang. Keberhasilannya akan tergantung pacla cukup tidaknya lempung yang digunakan sehingga suatu rintangan lempung (pada saat memuai) akan terbentuk secara penuh. Setiap lobang dalam rintangan itu harus “ditambal”, sebab kalau tidak lantai dasar itu akan terus dialiri air.
Penyuntikan adukan encer biasanya dipakai pada tumpuan bendungan dan di bawah bendungan untuk mengisi retakan-retakan pada batuan dan mengurangi porositas tanah untuk mengontrol rembesan. la juga digunakan untuk memperkuat tanah di bawah pondasi. Di bawah pondasi yang mengalami vibrasi mesin, adukan encer dapat membuat tanah menjadi kaku sehingga amplitudo vibrasi (perpindahan) masih berada di dalani batas-batas toleransi peralatan tersebut.
Penyuntikan adukan encer merupakan cabang stabilisasi tanah yang sangat khusus. Para pembaca yang ingin mengetahui lebih terinci dapat mempelajari ASCE (1978).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar